Dari Kotagede ke Kotogadang

Nama  :  ***. ADEL** *****
Tempat/tanggal lahir  :  Batu****, 00 Juni 1900
NIP  :  1900 200000 2 000
Alamat  :  Kotogadang, kec.*** ****
Jenis Kelamin  :  Perempuan

Aku sudah kembali ke kampung halaman, eh kampung halaman itu apa sih? Semua tempat adalah kampung halaman bagiku. Seperti dikatakan dalam sebuah puisi, sebuah tempat (kota) adalah seorang ibu yang melahirkan dirimu yang kedua. Bagiku yang sudah berpindah tugas beberapa kali, mengakui kebenaran kalimat tersebut. Dengan segala silangan jalan dan gang yang kuhafal perlahan dan segala suka dukanya, setiap kota tersebut senantiasa hidup di dalam hatiku.

Sekarang aku di sini, di kampung Kotogadang. Seolah mengerti bahwa aku masih sulit melupakan Kotagede, takdir ternyata menempatkan aku bertugas pada sebuah puskesmas dengan lokasi bernama mirip, Kotogadang. Tentu saja dengan karakteristik masyarakat dan lingkungan yang jauh berbeda. Di sini aku tinggal dan bertugas dalam lingkungan masyarakat desa. Kembali ke habitatku lagi.

Akhirnya Mutasi

Tanggal 1 Agustus 2021 SK mutasi dari Kemendagri akhirnya turun. Saat itu kota Yogyakarta sedang dalam aturan PPKM level 4, di Puskemas pun kami petugas sedang dilanda kesibukan lumayan padat terkait pandemi.

Diharuskan segera melapor di tempat tujuan mutasi, membuat aku senang dan panik juga. Bagaimana tidak panik, karena ternyata dalam aturan PPKM anak usia balita tidak diijinkan naik pesawat. Solusi cepat adalah ibuku harus naik pesawat sendirian (vaksinasi dan swab PCR dua hari sebelum naik pesawat) dan kami bertiga (bapak, Ibu, anak) lewat darat.

Perjalanan tiga hari dua malam dengan kondisi kesehatan mata bapaknya Saga yang tidak begitu baik. Tidak ada supir pengganti karena tidak mungkin mengajak teman dalam perjalanan jauh tersebut, aturan harus sudah vaksinasi dan pemeriksaan swab di pelabuhan. Kuatir kami malah merepotkan orang lain, akhirnya perjalanan ditempuh bertiga saja. Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di kampung halaman.

Kehidupan di Kampung

Sudah pasti senang dan lega, sekarang ibuku diusianya yang menjelang 80 tahun sudah kembali berada dekat dengan anak-anaknya. Juga si buyung Saga bisa sering berkumpul dengan para sepupu.

Sedangkan bagiku kebahagiaan itu biasanya tergantung jajanan pasar yang bisa kutemui di balai kampung (di Bukittinggi, pasar disebut pakan, di sini dikenal dengan sebutan balai). Balai Raba’a, pasar besarnya tiap hari Rabu saja, kami sekeluarga tinggal dekat balai dan puskesmas. Sudah pasti menyenangkan untukku, bisa jalan kaki saja untuk urusan kerja dan belanja.

——————

Nah, ternyata menulis beginipun sulit bagiku, karena sudah lama tidak dibiasakan lagi. Salut pada Bu Prih, Kyaine dan Pakacil yang sepertinya tidak pernah gagap dalam menulis. Janji-janjiku mau rajin menulis juga percuma, tak pernah kutepati.

bonus foto si buyung 💚

16 respons untuk ‘Dari Kotagede ke Kotogadang

  1. lialiaalia berkata:

    Kaaaa… Bagi2 caranya masuk pemda DIY dong.. hiihi kebalikan nih kitaa, aq mo pulang jogja skrg di riau ❤️❤️

    • LJ berkata:

      Hai, mbak Lia.. yg pertama tentu sowan dulu ke pemda diy.. pilihannya bisa pemprop diy, pemkot jogja, pemkab sleman atau bantul.. setelah mengetahui ada tempat untuk posisinya mbak Lia, baru minta persetujuan melepas dari Riau.
      Selanjutnya urusan cukup via e-mutasi.

  2. wi3nd berkata:

    selamat kembali pulang di kampung halaman bund,..
    selamat menikmati jajanan pasar, pisang kepik di pasa lereng , taunya itu aja 😀

    hai baim, salam kenal ya,sehat sehat selalu smuanya..:)

  3. MS berkata:

    Alhamdulillah, update pertama dari Kotogadang.
    Ingat kita pernah mampir di puskesmas sekitar danau Singkarak, dan dekat pasar..
    sama, seperti itukah suasana puskes Kotogadang?

    • LJ berkata:

      miriplah kak.. ada lumayan aroma dari penjual ikan, xixixi.. untung pasarnya cuman sekali seminggu.. hari lain sepi. Klo butuh belanja sayur harian, di warung ada.

Tinggalkan komentar